Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
SETIAP bulan puasa hampir selalu kita mendengarkan nasihat untuk mengendalikan pikiran dan perasaan kita. Puasa bukan hanya tidak makan dan minum, melainkan juga menjaga pikiran dan perasaan kita agar mendapat berkah di bulan penuh rahmat ini.
Banyak orang menjadi lebih sabar dan tawakal di bulan suci ini. Kemarahan dan rasa benci harusnya dijauhi di bulan yang penuh berkah ini. Semua umat Islam yang menjalankan puasa ini berusaha untuk menahan segala bentuk emosi yang merusak. Tentunya hal ini dengan harapan,agar puasanya tidak batal dan membawa berkah bagi yang menjalankannya.
Terapi Kognitif
Sebenarnya apa yang dilakukan umat Islam di bulan puasa ini, yaitu dengan menjaga pikiran dan perasaan dari hal yang negatif adalah salah satu bentuk terapi kognitif. Terapi kognitif mempunyai fungsi untuk mengubah pola pikir menjadi lebih baik. Kebanyakan dari kita mempunyai kecenderungan untuk berpikir negatif terhadap orang lain atau sesuatu hal. Untuk itulah terapi kognitif dilakukan, mengubah pola pikir negatif menjadi pola pikir yang positif.
Salah satu contoh yang paling sering terjadi misalnya bila atasan kita selalu mengkritik pekerjaan kita. Kita sering menjadi kesal dan marah karena kritikan dan sikap atasan kita itu. Bila kita terus membiarkan diri kita larut dalam suasana perasaan yang tidak menyenangkan tersebut, akhirnya akan membuat kita tidak nyaman bekerja dan menjadi semakin sering berbuat salah.
Bagaimana jika kita menganggap kritikan itu sebagai suatu hal yang akan membuat pekerjaan kita semakin baik. Kita membutuhkan kritik itu untuk membuat kita semakin bekerja lebih baik.Tanpa kritikan,malah kita bekerja tanpa bimbingan, sehingga malah kita membutuhkan kritik untuk menjadi lebih baik lagi.
Terlihat bahwa cara pandang kita yang berbeda terhadap segala sesuatu hal bisa membuat perilaku kita menghadapi kondisi itu pun menjadi berbeda. Maka itu,sering kali terapi kognitif dibarengi juga dengan terapi perilaku. Intinya bila kognitif berubah maka perilaku juga akan mengikuti.
Pada bulan puasa, terapi kognitif ini mendapat tempatnya dalam kehidupan sehari-hari umat Islam yang menjalankan puasa. Bila menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, kita akan berusaha lebih sabar dengan memberikan suatu pola pikir yang positif terhadap kondisi tersebut. Misalnya saat bulan puasa ternyata ada sopir angkutan kota yang menyerobot jalan kita. Bila biasanya kita marah-marah sambil memaki sopir itu, namun di saat bulan puasa karena takut puasanya batal dan tidak mendapat berkah maka kita hanya diam saja dan berusaha untuk sabar. Lebih baik lagi kalau kita berpikir mungkin sopir angkutan kota itu sedang terburu-buru supaya dapat mengangkut penumpang lebih banyak karena dia saat ini sedang membutuhkan uang untuk misalnya berobat anaknya.
Memasukkan unsur pola pikiran positif inilah yang menjadi inti dari terapi perilaku. Banyak hal lain yang bisa dicoba untuk memasukkan unsur positif ke dalam pikiran kita. Intinya, apa pun dalam kondisi lingkungan bisa kita pilih hendak ke mana arahnya.
Bisa berpikir ke arah yang positif dan bisa pula yang negatif.
Pahala dan Hukuman, Inti Terapi Perilaku
Selain menggunakan terapi kognitif selama bulan puasa ini, kita sebenarnya juga menggunakan terapi perilaku dengan dasar reward and punishment, yaitu penghargaan terhadap sesuatu yang dicapai dan sebaliknya hukuman atas tidak tercapainya suatu sasaran. Merujuk pada contoh cerita sopir angkutan kota di atas, kita bisa menahan sabar di bulan puasa karena takut bila kita marah maka puasa kita menjadi batal atau bila berhasil menyelesaikan puasa hari itu tidak ada pahala yang kita dapat selain lapar dan haus.
Mendapat pahala adalah suatu penghargaan dari perilaku puasa kita, sedangkan bila kita tidak melaksanakannya dengan baik maka hukuman yang diterima yaitu tidak mendapat pahala atas puasa yang kita jalankan. Inilah salah satu dasar terapi perilaku yang paling sering digunakan pada kehidupan kita sehari-hari.
Saat kita kecil,mungkin sebagian dari kita ada yang dijanjikan untuk dibelikan sepatu atau tas baru bila naik kelas dengan nilai baik, sedangkan bila terjadi sebaliknya, maka kita bisa tidak mendapatkan uang jajan untuk sekolah selama beberapa hari. Inilah suatu bentuk terapi perilaku yang didasarkan pada reward and punishment yang ternyata sangat efektif.
Puasa Baik untuk Semua
Kita berharap puasa ini membawa berkah bagi kita semua. Bagi yang menjalankan puasa, kita berharap bahwa pikiran dan perasaan yang kita latih secara baik di bulan suci ini akan terus kita latih di bulan-bulan selanjutnya bahkan di seumur hidup kita. Berpikir positif tentunya tidak hanya berguna saat bulan puasa saja namun juga dalam segala kondisi kehidupan kita di masa depan.
Bagi umat yang tidak menjalankan puasa, sebenarnya cara berpikir positif lewat terapi kognitif terhadap diri sendiri ini sangat baik dilakukan siapa saja, bukan hanya terbatas pada umat yang menjalankan puasa.
Sering kali kita dihadapkan pada masalah-masalah yang pelik di dalam kehidupan dan berusaha selalu berpikir positif merupakan sesuatu yang sangat baik untuk dilakukan. Walaupun sedianya pikiran kita dibatasi oleh apakah ada penghargaan terhadap apa yang kita lakukan. Jangan khawatir segala sesuatu yang positif pasti akan menghasilkan sesuatu yang positif juga.
Semoga kita semua dapat belajar banyak dari bulan puasa yang penuh berkah dan ampunan ini. Selamat berpuasa bagi pembaca yang melaksanakannya, semoga latihan di bulan puasa ini akan membawa manfaat bagi kita di waktu-waktu selanjutnya di masa yang akan datang.
Like This Yo ... !
Tulisan ini pernah dimuat di Seputar Indonesia Agustus 2010 oleh Dr.Andri, Sp.KJ, pada 26 Agustus 2010
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mantap...
ReplyDelete